Maria Walanda Maramis adalah seorang gadis sederhana yang hanya mempunyai dasar pendidikan Sekolah Rakyat (Volkschool) tiga tahun di zaman penjajahan Belanda. Walaupun Maria Walanda Maramis hanya memiliki dasar pendidikan yang begitu rendah, namun mempunyai pandangan tajam jauh ke masa depan. Ia berkemauan keras untuk memperjuangkan kemajuan kaumnya, anak-anaknya dan khususnya kaum perempuan di Minahasa.
Pada saat itu di Minahasa masih berlaku kebiasaan adat yang ketat; bahwa bagi anak-anak gadis tidak diperkenankan meneruskan pelajarannya lagi setelah tamat Sekolah Desa ataupun Sekolah Rendah Belanda. Pada waktu itu hanya anak-anak lelaki sajayang boleh meneruskan pelajaran ke sekolah-sekolah yang lebih tinggi. Sedangkan anak perempuan menurut adat, seusai tamat Sekolah Desa hanyalah harus menolong mengurus rumah tangga, mereka harus belajar memasak, menjahit, mencuci dan menyeterika pakaian, dan harus menekuni apa saja yang ada hubungannya dengan
rumah tangga. Sampai tiba saatnya seorang calon suami datang melamar.
Keadaaan seperti ini diterima oleh perempuan Minahasa sebagai sesuatu yang wajar, tetapi tidak bagi Maria Walanda Maramis. Hal ini dirasakan tidak adil sehingga kemerdekaan perempuan terutama sekali harus diperjuangkan oleh perempuan itu sendiri, harus menanamkan kepercayaan diri sendiri, perempuan harus mempunyai cita-cita dan dapat berjuang bersama-sama kaum pria, perempuan juga harus mempunyai semangat dan harus mengubah pandangan laki-laki terhadapnya, kaum perempuan hendaknya tidak dipandang laki-laki sebagai mahkluk yang rendah dan kurang dihargai oleh kaum laki-laki. Untuk mencapai tujuan itu perlu adanya persamaan kesempatan bagi perempuan di seluruh Indonesia guna memperoleh pendidikan di segala bidang.
Perjuangan Maria Walanda Maramis dalam meningkatkan pendidikan di Minahasa yaitu dengan mendirikan organinsasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1917. adapun tujuan dari organisasi PIKAT ini adalah untuk menyediakan suatu wadah bagi kaum wanita Minahasa, agar mereka dapat saling bergaul dan mengenal, serta membiasakan para wanita Minahasa untuk mengeluarkan dan merumuskan pandangan-pandangan serta pikiran-pikirannya
secara bebas. Kemudian tahap demi tahap PIKAT berhasil mendirikan Sekolah PIKAT yang resmi berdiri pada tahun 1919. Dan dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1921 Sekolah PIKAT ditingkatkan secara resmi menjadi Sekolah Kepandaian Putri yang ternyata kemudian merupakan Sekolah Kepandaian Putri pertama di Indonesia.
ADS HERE !!!